16Sabatara Paulus anante' Silas ban Timotiyus e Atena, Paulus arassa rentek panggaliyanna ngoladi kottha jareya possa' ban brahala. 17 Daddi e kennengnganna kabakteyan Paulus aso'al jawab ban reng-oreng Yahudi sarta reng-oreng laenna se nyemba ka Allah e jadhiya. Bariya keya e sar-pasar sabban are Paulus aso'al jawab ban reng-oreng se
To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Bagian yang terpenting selanjutnya dalam komsel Three Party adalah bertambahnya jiwa-jiwa baru dalam sebuah gereja lokal. Seperti di masa gereja mula-mula, banyak sekali jiwa yang bertobat, karena komunitas sel yang sangat efektif dalam penggembalaan Frederik, 2020 Sugiono, 2020. Komsel Three Party membawa jemaat kepada sebuah pemahaman jiwa yang misioner untuk senantiasa membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. ...Paulus Kunto BaskoroChurch growth is an important part of church history. One the important pillars in church growth is the cell group. The early church became a serious church in working on cell group principles as in Acts 246-47. The Covid-19 pandemic has made changes and shifts in the arrangement of cell groups. Before Covid 19 cell groups coulds be held in large numbers, but when the Covid 19 pandemis hit the world, cell groups could not be held in meetings with many people. The researcher is giving an explanation about the concept of cell group with the name of three party which is a simple implementation according to the principle of cell group Acts 246-47, especially in the present. This writing uses a descriptive literature method. The goal is that trough writing, namely First, every believer understands the important principle in church growth through cell groups according to Acts 246. Second, every believer understands one of the newer models of effective cell grouping principles today. Third, every believer can implement the comsel three party concept, so that the local church experiences significant congregational growth.... The immigrants in Ngoro who cooperated with Coolen were classified as the abangans. As described by Subagya, the abangans derived from the word 'aba' which means "apathetic"; this definition of the word abangan is related to the behavior of lowly people who do not care about the formal teachings that apply in the community, which are embraced by the mutihansmeaning the clergy or priyayi who are religiously obedient and have noble morals Subagya, 1981; this source is borrowed from a third party. These abangans were looked down upon by the Javanese elite. ...Sostenis NggebuThis historiographical article aims to describe Coolen as a pioneer of the indigenous church among the abangans in Ngoro, East Java in the 19th century, where he pioneered the ministry of indigenizing the gospel as an exciting new breakthrough. The discussion was conducted in stages of collecting historical data about Coolen, evaluating the obtained data, interpreting relevant data, and presenting the findings. The results show that Coolen was the initiator of the establishment of the ngelmu’ Christian congregation among the abangans in Ngoro Village in the interior of East Java. He explained the secrets of ngelmu Kristen lit., learning the Christianity and appreciated Javanese culture as a new breakthrough in the ministry of preaching the gospel, compared to the Indische Kerk missionaries. However, some of his followers were more interested in joining Emde’s ministry pattern, so the outputs of his ministry were finally adopted into the Indische Kerk churches. Since then, the harvest of the abangans had stopped.... Salah satu metode yang bisa digunakan dalam mengatasi kesulitan tersebut adalah penginjilan kontekstual. Istilah ini menunjuk kepada suatu pola pendekatan penginjilan atau misi yang bisa diterima oleh konteks di mana aksi penginjilan atau misi dilakukan Sugiono, 2020. Para pelayan yang melakukan penginjilan perlu meminta hikmat dari Tuhan untuk membangun jembatan Injil yang diterima oleh sebuah kelompok di tempat tertentu. ...Raymond StephenYusuf Slamet HandokoSuatu misi penginjilan dapat berhasil apabila dilaksanakan secara kontekstual. Salah satu lembaga misi yang berhasil menjalankan penginjilan secara kontekstual adalah Crossline Family yang melaksanakan misi kepada anak punk. Penelitian ini bertujuan menggali metode penginjilan yang digunakan Crossline Family terhadap anak punk. Metode yang dipakai adalah kualitatif deskriptif. Informan adalah pemimpin dan anggota Crossline Family. Data diambil melalui teknik wawancara dan analisa sejarah perjalanan pelayanan Crossline Family yang telah didokumentasikan melalui video. Penelitian menemukan adanya tiga metode yang digunakan Crossline Family dalam penginjilan terhadap anak punk yaitu 1 berelasi tanpa menghakimi, 2 pro-aktif berada di tengah-tengah kehidupan mereka dan menjadi teladan; 3 menyampaikan Firman Tuhan melalui genre lagu anak TedjoTjutjun SetiawanFerry SimanjuntakKroliyus Puji SANYOTOBefore the ascension of Jesus Christ into heaven, He gave the commandment, a Great Commission to preach the gospel to all nations. Dani tribe is one of the tribes in Papua and is certainly one of the objectives of the evangelistic mission. And it is not only Christianity that wants to reach out there but other religions as well. To carry out this mission, in this study the author formulated how the gospel could be understood and accepted by the Dani tribe. The authors used qualitative methods with a literature study approach. Each nation has a different culture and life from each other, even if the area is in the same country, When the Gospel will be preached in that area, the evangelists must study the context of the people's lives so that the gospel can be contextualized into the culture of life of the people. The authors hope it will benefit evangelists who will carry out missions on the Dani tribe through stone-burning ceremonies, work, and daily SugionoBefly Harly DompasTerms in the field of Theology that are often discussed or even take place in discussions about theological studies are theological topics regarding the doctrine of salvation. The aim of this research is to compare Paul's theology based on Romans with the theology of James in the letter of James about salvation by looking for differences and similarities. The research method used by the researcher in this study is a qualitative method with a comparative descriptive analysis approach and exegesis. The results that can be obtained in the description of the discussion regarding the comparative study of the theology of Paul and James on salvation are The difference; Paul is emphasizing and defending his theology that humans are justified or saved only through faith in Jesus Christ and not doing the works of the law Romans 228. However, James is asserting that true faith is a living and saving faith, which can be seen in a real action in everyday life so that faith becomes more perfect James 222. While the equations are; The views of salvation according to Paul and James also have something in common, namely that they both emphasize that the salvation of believers is only in Istilah dalam bidang ilmu Teologi yang kerap diperbincangkan atau bahkan mengambil tempat dalam diskusi mengenai kajian teologi adalah topik teologis mengenai doktrin tentang keselamatan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah bagaimana mengkomparasikan teologi Paulus berdasarkan Surat Roma dengan teologi Yakobus dalam surat Yakobus tentang keselamatan dengan cara mencari perbedaan dan kesamaannya. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif komparatif dan eksegesa. Hasil yang dapat diperoleh dalam diskripsi pembahasan mengenai studi komparasi teologi Paulus dan Yakobus tentang keselamatan ialah Perbedaanya; Paulus sedang menekankan dan mempertahankan teologinya yaitu manusia dibenarkan atau diselamatkan hanya melalui iman kepada Yesus Kristus dan bukan melakukan perbuatan hukum taurat Roma 228 Sedangkan Yakobus menegaskan teologinya kepada orang-orang kristen Yahudi yang mengatakan bahwa pengakuan iman saja sudah cukup. Akan tetapi Yakobus sedang menegaskan bahwa iman yang sejati adalah iman yg hidup dan menyelamatkan, yang dapat terlihat dalam suatu tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga iman itu menjadi semakin sempurna Yakobus 222. Sedangkan Persamaannya ialah; Pandangan tentang keselamatan menurut Paulus dan Yakobus juga memiliki kesamaan yaitu keduanya sama-sama menekankan bahwa keselamatan orang percaya hanya di dalam AnikJoko SantosoKompleksitas variable sosio-antropologi di dalam masyarakat menuntut kajian-kajain dan pengembangan pendekatan Misiologi dalam upaya menunaikan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Di satu pihak, terdapat potensi di mana pendekatan dan pola misi yang lama sudah tidak relevan bagi konteks tertentu, di pihak lain upaya kontekstualisasi dan pendekatan-pendekatan baru justru menuntun pada sinkritisme dan berbagai distorsi. Paulus adalah seorang rasul, teolog dan sekaligus praktisi yang dapat dijadikan model di dalam kegiatan misi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan acuan di dalam bermisi secara khusus terkait dengan paradigma, motivasi, dan aksi misi Paulus di dalam ladang misi. Metode penelitian yang dipakai adalah qualitatif dengan pendekatan naratif biografi untuk mendapatkan pola dan konsep misiologi dari narasi Alkitab terhadap kehidupan dan tulisan-tulisan Rasul Paulus. Kajian ini menemukan bahwa Paulus adalah seorang teolog dan sekaligus praktisi misi. Kehidupan Rasul Paulus yang produktif di dalam ladang misi didorong oleh paradigma yang jelas, motivasi yang kuat sehingga teraktualisasi di dalam upaya misiologis selama ia UlingYatmini YatminiLeniwan Darmawati GeaTopik kontektualisasi misi selalu relevan untuk dibahas, karena setiap era memiliki budaya masing-masing, termasuk era Milenial sudah pasti di dalamnya terdapat generasi di era tersebut. Ini penting untuk dipahami oleh gereja sebagai agen misi Allah bagi dunia. Kontekstualisasi juga merupakan upaya untuk memahami cara-cara komunitas Kristen menghayati Injil di tengah budaya non-Kristen dan tentang bagaimana menyeberangkan Injil ditengah-tengah konteks. Karena itu, tujuan artikel ini, adalah mengusulkan atau mengupayakan pendekatan kontekstualisasi yang relevan bagi generasi milenial. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini menggunakan studi lieratur. Penelitian studi literatur adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber-sumber primer dan sekunder baik berupa buku, skripsi, tesis dan artikel-artikel terkini. Untuk memfokuskan pembahasan maka penulis membuat dua pertanyaan untuk mengarahkan pembahasan apa yang dimaksud dengan kaum milenial atau generasi milenial? dan pendekatan kontekstualisasi misi apa yang akan diusulkan? Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan maka temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa generasi milenial memiliki karakteristik yang unik, karena pengaruh kemajuan teknologi dan informasi dunia digital, sehingga masyarakatnya pun disebut sebagai masyarakat nitizen dengan budaya popular yang berkembang. Disamping itu juga, pandangan dunia yang mereka miliki inheren dengan pengaruh dunia maya sebagai tempat mengaktualisasi diri. Itulah sebabnya diperlukan pendekatan relasionalitas, inkarnatif dan eklesiastik, termasuk memanfaatkan media teknologi informasi untuk memberitakan Injil DomaFilmon Gusti TansiBagian penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendetakan kontekstual terhadap budaya Wor Gei yang terdapat di Desa Mataru Selatan guna menjangkau orang-orang yang masih belum mengenal akan Yesus Kristus secara peribadi. Budaya dalam kegiatan Wor Gei sebenarnya kalau ditempat lain sama dengan kegiatan bakar batu bata yang akan di jadikan bahan untuk membangun. Meskipun demikian dengan adanya budaya Wor gei dapat menjadi sarana untuk melakukan pendekatan secara langsung kepada masyarakat untuk memberitakan Injil, terlebih dalam kegiatan Wor gei tidak hanya sekedar bakar batu saja ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dan disitulah menjadi suatu kesempatan untuk memberitakan Injil kepada masyarakat yang menghadiri kegiatan tersebut. Budaya Wor Gei merupakan suatu kebiasaan masyarakat di Desa Mataru Selatan secara turun temurun, dengan adanya budaya bakar batu bata masyarakat bisa berkumpul, bergotong-royong dan dapat berbagi pengalaman hidup. Dengan adanya budaya Wor Gei dapat dijadikan sarana atau fasilitas dalam melakukan pendekatan secara persuasif atau bisa dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pendekatan terhadap budaya Wor Gei di Desa Mataru Selatan merupakan cara yang efektif untuk melakukan penjangkauan terhadap masyarakat yang belum percaya kepada Kristus secara P. SabbatStimson Hutagalung Rolyana FeriniaThe essay deals with the so-called Marari Sabtu in the Parmalim tradition as a bridge for the Christian mission to Parmalim followers. The starting point is the fact of similarity in terms of worship day between the Parmalim tradition and the biblical testimony, namely the observance of Sabbat. Parmalim observes the tradition of “Marari Sabtu”, which is a weekly worship ceremony to worship Debata Mulajadi Nabolon, and worship takes place every Saturday. The research question is Can the similarity in terms of worship day be a bridge for evangelism for Permalim followers? This paper shows that Paul's method to the Athenians can be a model for evangelization efforts for Parmalins. It means that an effort to contextualize faith can be carried out for Parmalim followers by starting from the Marari Sabtu NgalaVeydy Yanto MangantibeThis article discusses evangelism to plural societies based on the epistle of ephesians. Evangelism is god’s program, design and work that bring for himself, people to fellowship, worship / praise and serve him in wholeness and harmony. Evangelism is established by god from eternity, because all things are designed by god from eternity in his omniscience and power in evangelism eph. 1 4-14. God wants his people to have fellowship with him, become his worshipers and serve him, the true god. The challenge in evangelism is that every religion is different, all religions have objects that are worshiped, therefore it will not be possible to be completely equated between one religion and another. Plural society equates christian faith with other beliefs by looking for loopholes to align christianity with other religions. The duty of the believer is to preach the gospel so that unbelievers hear and believe in the lord jesus and are saved, not compromising the gospel or juxtaposing christian faith with other beliefs. Keywords Evangelism; Plural Society; Ephesians Letter AbstrakArtikel ini membahasa mengenai penginjilan terhadap masyarakat plural berdasarkan surat Efesus. Penginjilan merupakan program, rancangan dan karya Allah yang membawa bagi diriNya sendiri suatu umat untuk bersekutu, menyembah/memuji dan melayani Dia dalam keutuhan dan keserasian. Penginjilan ditetapkan Allah sejak kekekalan, sebab segala sesuatu dirancang Allah dari kekal dalam kemahatahuanNya dan kuasaNya didalam penginjilan Ef. 14-14. Allah menghendaki agar umatNya bersekutu dengan Dia, menjadi penyembahNya dan melayani Dia, Allah yang benar. Tantangan dalam penginjilan adalah setiap agama berbeda, semua agama memiliki objek yang disembah, oleh sebab itu tidak akan mungkin dapat disamakan secara keseluruhannya antara agama satu dengan yang lain. Masyarakat plural, menyamakan iman Kristen dengan kepercayaan lain dengan mencari celah untuk dapat menjajarkan kekristenan dengan keagamaan lain. Tugas dari orang percaya ialah memberitakan Injil agar orang-orang yang belum percaya mendengar dan menjadi percaya kepada Tuhan Yesus serta diselamatkan, bukan mengkompromikan Injil atau menjajarkan iman Kristen dengan kepercayaan lain. Kata Kunci Penginjilan; Masyarakat Plural; Surat Efesus Kosma ManurungChurch growth can be achieved through church’s member migration, biological growth, and also evangelistic missions. For certain churches, evangelistic missions are not only one way to increase the number of congregations, but are seen as part of the fulfillment of the Great Commission. The purpose of this study was to describe the role of missionary evangelism in church growth. The research method used is a qualitative method with a descriptive approach. Through this research, it was obtained that the mission of evangelism is an effective means of increasing church growth. The mission of evangelism could be carried out with various strategies that are appropriate to the characteristics of the community around the church to be able to deliver the gospel effectively. Abstract. Pertumbuhan gereja dapat dicapai melalui perpindahan jemaat, pertambahan secara biologis, maupun misi penginjilan. Bagi gereja tertentu misi penginjilan bukan hanya sebagai salah satu cara untuk menambah jumlah jemaat, namun dipandang sebagai bagian penemuhan Amanat Agung. Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran peranan misi penginjilan terhadap pertumbuhan gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Melalui penelitian ini diperoleh gambaran bahawa misi penginjilan adalah sarana yang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan gereja. Misi penginjilan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai strategi yang sesuai dengan karakteristik masyarakat di sekitar gereja untuk dapat menyeberangkan Injil secara TenibemasSejak Tuhan Yesus menyampaikan Amanat Agung-Nya, jumlah penduduk dunia saat ini yang terafiliasi kepada Gereja Tuhan hanya sebesar 33% dari jumlah total penduduk. Amanat Agung ini adalah suatu amanat yang bersifat harus Luk 2447 sebab keberdosaan manusia dan ketidakberdayaannya untuk menyelamatkan dirinya dari murka Allah. Keberdosaan tersebut menjadikan keselamatan dalam Kristus itu mutlak dibutuhkan. Populasi dunia bertumbuh lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan biologis dari warga Gereja. Kini populasi dunia ini sudah hampir mencapai 7,6 milyar orang. Dua puluh abad telah lewat, berkenaan dengan pertumbuhannya, adalah kemustahilan bila kaum Kristen hanya mengandalkan pertumbuhan secara biologis. Artikel bertujuan menunjukkan bahwa kesetiaan kaum Kristen untuk melanjutkan misi Amanat Agung adalah kebutuhan besar. Tiga jendela telah hadir dan merupakan tantangan sangat krusial masa kini. Oleh sebab itu, ragam misionaris dan andil kaum Kristen patut menjadi pertimbangan serius pula bagi segenap kaum PanggarraLeonard SumuleThe problem with churches today is the reduced interest of young people in the church activities. The church needs to evaluate the youth ministry that have been doing, so the church be able to see the effectiveness of each activity they did to reach young people. The purpose of this research is to find out the influence of youth-based contextual services to the growth of Gereja Kemah Injil Indonesia in Samarinda City. To achieve this, the author uses the method of multiple linear analysis to see the effect of contextual youth services on church growth. After conducting research, it was found that there was a significant influence between contextual youth services on the growth of the quantity of the Gereja Kemah Injil Indonesia in Samarinda City. Contextual based youth ministry is an answer that needs to be considered so the church can provide services that are relevant to the lives of modern young people who live in their particular culture. On other side, contextual based youth ministry to help church services be effective for reaching the millennial DwiraharjoThe Great Commission is an integral part of the life of believers. This is the message of Christ for all citizens of the kingdom of God. It is called the Great Commission that does not mean its position is more important than other parts of the Bible. But this has demands that every believer must do. On the other hand it can be confirmed that the Great Commission is nothing but the pulse of the believer. In Matthew 28 18-20, discussions about the Great Commission can be divided into three main parts. These three parts stand to support one another, and refer to the central theme of the Great Commission. First, the Great Commission is based on the authority of the Father bestowed on Christ. Second, the Great Commission is a continuous activity that is always inherent in the lives of believers. When the Great Commission is sustained by the ability or inclusion of Christ. These three things are the essence or essence of the interpretation of the Great Commission in the daily life of believers. Abstrak Amanat Agung adalah bagian integral hidup orang percaya. Ini adalah amanat Kristus bagi semua warga kerajaan Allah. Disebut Amanat Agung itu bukan berarti kedudukannya lebin penting dari bagian lain di dalam Alkitab. Namun ini memiliki tuntutan yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya. Di sisi lain dapat dipertegas bahwa Amanat Agung tidak lain adalah denyut nadi orang percaya. Dalam Matius 2818-20, pembahasan tentang Amanat Agung dapat dibagi ke dalam tiga bagian utama. Ketiga bagian ini berdiri untuk saling menopang satu dengan yang lain, dan mengacu pada tema sentral tentang Amanat Agung. Pertama, Amanat Agung itu didasarkan pada otoritas Bapa yang dilimpahkan kepada Kristus. Kedua, Amanat Agung itu merupakan aktivitas berkesinambungan yang selalu melekat dalam hidup orang percaya. Ketika Amanat Agung itu ditopang oleh abilitas atau penyertaan Kristus. Ketiga hal ini merupakan hakekat atau intisari dari intepretasi Amanat Agung dalam hidup harian orang Willowbank Report Consultation on Gospel and Culture LOP 2KEPUSTAKAAN "The Willowbank Report Consultation on Gospel and Culture LOP 2." 1978. Lausanne Committee For World Evangelization, Haubeck dan Hanrick Von SiebenthalB F DrewesDrewes, B. F., Wilfrid Haubeck dan Hanrick Von Siebenthal. 2006. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Jakarta Gunung HanryHanry, Matthew. 1996. Commentary, "Act 1717-18", CD-ROOM, Bible Work For di antara Agama-agama. Denpasar Upada Sastra dan Yayasan DipaNgakan MadrasutaMadeMadrasuta, Ngakan Made. 1997. Hindu di antara Agama-agama. Denpasar Upada Sastra dan Yayasan And The Sovereignty Of God. Surabaya MomentumJ I PackerPacker, J. I. 2003. Evangelism And The Sovereignty Of God. Surabaya Alkitab Kisah Para RasulYune ParkSunPark, Yune Sun. 2001. Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Malang Bangun Teologi LokalRobert J SchreiterSchreiter, Robert J. 1993. Rancang Bangun Teologi Lokal. Jakarta Gunung Mulia. Spitter, Russell P. 2001. Pertama dan Kedua Korintus. Malang Gandum Penginjilan sebagai Gaya Hidup Orang PercayaD S P StephanusStephanus, D. S. P. 2019. "Mengajarkan Penginjilan sebagai Gaya Hidup Orang Percaya." REDOMINATE Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 12-22. Penelitian KuantitatifSugiyonoSugiyono, 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung CV SummerSummer, Ray. 2007. Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Yogyakarta Hermeneutik. Yogyakarta IRCisodEdi MulyonoInjil dalam Masyarakat MajemukLesslie NewbiginModel-Model Penginjilan YesusMakmur Halim